Sulit dipercaya, aku yang sekarang ini dapat berdiri dengan tegarnya menatap cahaya terang dihadapanku. Lamunanku buyar ketika mengingat kerasnya perjuangan dan impianku di masa ketika semua impianku dipandang sebelah mata oleh setiap orang yang mendengarnya.
Mungkin aku pantas untuk diremehkan, bagaimana tidak, aku dengan segudang mimpi yang ingin selalu meraih kebahagiaan yang menurutku sangat istimewa namun pada kenyataannya aku hanya bermimpi saja dan tidak disertai dengan usahaku. Selama ini aku tak pernah berbuat apa-apa untuk meraih mimpiku. Aku mengerti bahwa pada dasarnya hasil yang didapatkan pasti akan sebanding dengan apa yang telah kita lakukan. Aku sangat mengetahui hal itu, bahkan sangat memahaminya namun dasar aku yang memang orangnya pemalas sehingga hanya bisa berteori dan pada akhirnya aku tak mampu berbuat apa-apa.
Kini usiaku telah 20thn, entah prestasi apa yang dapat kubanggakan terhadap orang disekelilingku terutama pada Orangtua ku. Terkadang aku terlalu berambisi untuk menggenggam dunia namun apalah daya, aku yang hanya bisa bermimpi yang tak disertai dengan usaha yang sebanding dengan mimpi-mimpiku. 20 tahun bukanlah waktu yang tak singkat, banyak orang mampu memanfaatkan setiap umur mereka menjadi suatu hal yang dapat membanggakan bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain, dapat menjadi inspirasi orang banyak dengan begitu banyak pengalaman yang mereka alami. Dan tak sedikit pula orang yang tidak mampu memanfaatkan hidupnya selama 20 tahun terakhir, dan diantaranya adalah aku, aku yang hanya besar omong namun ciut dalam bertindak.
Aku yang selalu sombong dengan prestasi yang kuraih yang menurut orang lain prestasi tersebut tak lebih kecil dari prestasi-prestasi yang patut disombangkan. Aku yang selalu haus dengan pujian dan tak tahan dengan kritikan. Walau ku tau bahwa pujian lah yang akan menjatuhkan aku kelak. Aku terlalu takut akan semua risiko yang akan kuhadapi. Ketakutanku semakin besar hingga kurasakan ada tembok besar yang mengelilingiku dan menjadi penghalang disetiap gerak gerikku.
Hingga pada suatu hari aku sadar bahwa aku tak bisa hidup seperti ini, aku harus berubah, aku harus menghancurkan tembok itu. aku ingin menjadi yang baru tak cuma bermimpi tingkat tinggi namun berusaha untuk meraih mimpi-mimpi tersebut. Akhirnya aku tau mengapa Tuhan menciptakan satu mulut dan dua telinga, serta dua kaki dan dua tangan untuk untuk manusia, mungkin karena manusia dituntut untuk lebih sering mendengarkan dari pada berbicara, kita harus lebih sering melakukan aktivitas dengan kaki sebagai tumpuannya.
Berlalu biarlah berlalu, aku akan menganggap itu sebagai guru kehidupanku, karena sebaik-baiknya guru adalah pengalaman kita sendiri. Kini dipikiranku adalah bagaimana caranya hidupku harus berubah, aku ingin hari ini menjadi lebih baik dari pada hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari pada hari ini.
Aku mulai fokus pada tujuanku, telah banyak waktu yang kubuang dengan percuma. Hingga akhirnya pada suatu hari, mimpi itu tak sekadar mimpi, mimpi itu telah berubah menjadi kenyataan yang sangat indah. Aku yakin semua hal yang aku dapatkan sekarang ini bukanlah suatu yang kebetulan, penuh perjuangan dan semangat pantang menyerahlah yang membuatku seperti ini.
Cahaya itu kini mulai tegar memancarkan sinarnya, cahaya yang selalu menunggu datangnya senja, menembus dinding awan tebal bergumpal kehitaman. aku yakin, cahaya itu akan bermanfaat untuk peradaban seluruh umat manusia dimuka bumi ini. Indah hari ini akan selalu terukir dalam diri dan tergoreskan dalam tinta sejarah hidupku.
Cerita ini sama seperti yang terjadi pada diri saya..banayk mimpi tapi kurang kerja kerasnya..:'(
BalasHapus